Mediabojonegoro.com - Di sudut tenang Bojonegoro paling selatan, seorang pemuda diam-diam merintis jalan menuju kesuksesan. Berbekal pengalaman kerja selama setahun dan modal hanya Rp2 juta, ia kini mampu menghasilkan omzet ratusan ribu rupiah per hari dari usaha kecil yang ia bangun sendiri. Siapa dia? Berikut kisah lengkapnya.
Adalah Yudi, seorang pemuda berusia 28 tahun asal desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, yang biasa dikenal warga sebagai penjual pentol bakar keliling.
![]() |
Tampak Yudi, seorang penjual pentol bakar keliling yang sedang melayani pesanan pembeli. |
Awal mula perjalanan bisnis Yudi dimulai sejak tahun 2024. Dimana sebelumnya, dirinya mengaku pernah bekerja di salah satu warung bakso yang berada di kota Surabaya, tepatnya di Kecamatan Benowo (salah satu kawasan yang terletak di Surabaya bagian barat) selama kurang lebih sekitar satu tahun.
"Dulu sempet kerja Mas di Benowo, Surabaya jualan bakso, kurang lebihnya satu tahun, dari 2023 - 2024" ujar Yudi.
Selama masa kerjanya tersebut, Yudi yang sudah hafal dengan resep dan cara pembuatan bakso, berpikir untuk memulai buka usaha sendiri. Berbekal pengalaman yang didapat, Yudi lalu memberanikan diri berbicara baik-baik dengan bosnya untuk resign dari pekerjaannya.
"Selama itu, saya sudah mulai hafal resep-resep. Terus saya beranikan diri bilang ke bos mutusin untuk resign dan usaha sendiri di rumah," tambahnya.
Singkat cerita, sepulang dari tempat kerjanya di Surabaya, Yudi kemudian meminta izin kepada orang tuanya untuk memulai usaha di bidang yang sudah ia kuasai selama ini, yakni berjualan pentol keliling.
Setelah mendapat restu, Yudi mulai melakukan survei lokasi yang akan ia gunakan untuk berjualan, yaitu di area sekitar Pasar Gondang. Namun, saat tiba di kawasan yang dianggap strategis dan cocok, dirinya mendapati banyak penjual pentol di area tersebut.
"Saat cek lokasi yang saya kira itu ramai, ternyata disana banyak sekali penjual pentol. 100 meter ada, jalan 100 meter lagi ada lagi penjual lain," katanya.
Mengetahui persaingan usaha di sektor tersebut membludak, Yudi lalu mengurungkan tekadnya dan bahkan berniat untuk kembali ke tempat kerjanya di Surabaya.
Entah arahan nurani apa yang di dapat Yudi kala itu, atau mungkin memang sudah jadi jalan rezekinya, ia mengaku punya keinginan kuat untuk pergi jalan-jalan ke Bojonegoro kota, yang menurutnya hanya sekedar, ingin ngopi. Tentu, hal itu tak biasa ia lakukan, mengingat jaraknya yang cukup jauh, yakni 39,8 kilometer atau sekitar satu jam setengah ditempuh perjalanan. Selain itu, kalau untuk urusan ngopi, Yudi biasa nongkrong di samping rumahnya, yang kebetulan juga warung kopi. Dan lalu ia pun memenuhi hasratnya dan beranjak pergi ke kota.
"Entah kenapa saat itu saya pengen banget ngopi ke kota Mas, padahal biasanya ngopi ya mentok di sebelah rumah udah," ujar Yudi.
Setelah sampai di tujuan, ringkas cerita, Yudi yang dalam perjalanan pulang melihat seorang penjual keliling pakai motor yang terlihat dikerumuni pembeli dengan tampak kepulan asap tipis yang terhempas oleh sabetan kipas di tangan penjual tersebut. Penasaran dengan hal itu, Yudi pun lalu berhenti dan mendekati penjual tersebut sembari melihat apa yang dijajakan olehnya.
"Saat itu saya perjalanan pulang, ada penjual keliling pakai motor rame banget yang beli. Saya lihat ada kepulan asap tapi kok bukan asap dari dandang. Saya penasaran kan," ungkap Yudi penuh penasaran.
Setelah mendekat, Yudi mendapati penjual tersebut berjualan pentol bakar. Bagi yang belum familiar, pentol bakar adalah jajanan pentol seperti pada umumnya. Namun disini ada perbedaan, yakni sebelum disajikan, pentol terlebih dahulu melalui proses pembakaran diatas arang berskala kecil hingga sedang serta dilumuri bumbu-bumbu seperti kecap, bumbu kacang serta bumbu lainnya (lebih mirip seperti sate) dengan tujuan supaya bumbu dan rasanya meresap sempurna.
Mengetahui ide tersebut yang baru kali itu ia temui, keesokan harinya Yudi kembali ke lokasi sekitaran Pasar Gondang untuk menilik usaha serupa. Dan ternyata, ia tidak menjumpai satu pun penjual pentol bakar di sekitaran lokasi tersebut. Bahkan setelah ia telusuri lebih jauh hingga sepanjang jalan raya Gondang - Temayang, yang padahal disitu jaraknya lumayan jauh, yakni sekitar 16.6 kilometer atau sekitar 27 menit perjalanan.
"Saya survei lagi Mas, ke Pasar Gondang ternyata belum ada yang jual. Lalu saya balik jalan lagi ke utara sampai masuk Kecamatan Temayang, dan ternyata juga belum saya temui satu pun," ungkap Yudi.
Setelah mengetahui peluang tersebut, dengan modal di tangan sekitar Rp2 jutaan, Yudi pun bergegas membeli berbagai perabotan dan perlengkapan usahanya, seperti rombong, dandang, kompor, gas LPG serta memesan tempat bakaran berukuran kecil (cukup untuk 10 tusuk pentol, dan tiap tusuk berisi 4 hingga 5 biji), serta mulai memproduksi pentol dalam skala kecil sebagai permulaan dan juga respon pasar terhadap jajanannya.
"Waktu itu modal cuma ada Rp2 juta, saya beliin buat dandang sama perlengkapan lainnya, ya sedapatnya dulu, nanti yang kurang nyusul," ungkap Yudi.
Singkat cerita, setelah usahanya berjalan selama hampir satu tahun, ia mengaku omzet yang ia peroleh dari jualan pentol bakar berkisar antara Rp300.000 hingga Rp400.000 per hari.
"Kalau omzet ya mungkin sekitar Rp300.000 sampai Rp400.000an segitu Mas. Ya alhamdulillah, yang penting konsisten terus," tutup Yudi kepada tim Mediabojonegoro.com dengan penuh semangat di sela-sela kelilingnya sembari menghidupkan arang untuk persiapan pentol bakarnya.
Kisah Yudi menjadi bukti nyata bahwa peluang bisa datang dari arah manapun, bahkan dari secangkir kopi dan rasa penasaran sekalipun. Dengan keberanian untuk mencoba dan konsisten dalam menjalankan usaha, pemuda asal Bojonegoro ini berhasil membalikkan keraguan menjadi keberhasilan.
Komentar0