Gpr5BUGiGpM7TpGoTSCiTSOlGd==

Kisah Mas Adi, Pengusaha Pecel Lele Asal Bojonegoro yang Sukses Bangkit Setelah Bangkrut

Mediabojonegoro.com - Mas Adi, seorang warga berusia 42 tahun asal desa Genjor, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Tumur, sukses menjalankan usaha pecel lele di Kota Surabaya, meski sempat mengalami kegagalan ditengah perjalanannya.

Kisah awal perjalanan Mas Adi dimulai pada saat dirinya berusia 19 tahun, atau tepatnya setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada saat itu, karena himpitan ekonomi keluarganya, ia tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Karena situasi tersebut, dengan tekad, niat, serta demi keluarga, Mas Adi pun memutuskan untuk pergi merantau ke Jakarta, tepatnya di Kecamatan Cakung Jakarta Timur untuk bekerja di sebuah warung pecel lele berkonsep bongkar pasang (warung tenda beratap terpal yang setelah tutup di bongkar, dikemasi lagi) yang menurutnya milik Pak Koirul, warga Kabupaten Lamongan.

"Setelah lulus saya langsung merantau mas. Mau kuliah ya gak ada biaya. Akhirnya ke Jakarta ikut pecel lele Lamongan Pak Koirul," ungkapnya.

Mas Adi mengatakan awal mula pertemuanya dengan Pak Koirul berawal dari kakak perempuannya yang telah menikah dengan seorang warga Lamongan, yang disitu kebetulan masih satu RT dengan Pak Koirul (bossnya Mas Adi di Jakarta). Mendengar kabar kalau Pak Koirul sedang butuh rewang (karyawan) untuk usahanya, lantas kakak Mas Adi pun menemui Pak Koirul untuk menanyakan perihal kebenaran info tersebut.

Setelah mengetahui informasi tersebut ternyata benar adanya, kakak Mas Adi pun lantas langsung menghubungi Mas Adi dan menawarkan pekerjaan tersebut kepadanya yang diketahui saat itu dirinya masih menganggur.

"Dulu kenal Pak Koirul dari Mbak saya mas yang nikah dengan orang Lamongan dan kebetulan masih satu RT dengan rumah Pak Koirul," tambahnya.

Setelah informasi sistem kerja disepakati oleh kedua belah pihak, akhirnya Mas Adi pun menerima tawaran pekerjaan tersebut dan bersedia berangkat ke Jakarta dengan jadwal keberangkatan yang telah ditentukan.

"Kalau dulu saya mikirnya gak gede gak papa lah gaji, yang penting kerja dulu dapet pengalaman, syukur-syukur nanti bisa buka usaha sendiri," ujarnya kepada tim Mediabojonegoro.com saat ditemui di warungnya.

Singkat cerita, setelah selama hampir 4 tahun bekerja, Mas Adi mulai terpikirkan untuk merintis usaha pecel lele sendiri. Berbekal 4 tahun pengalamannya, akhirnya pada pertengahan tahun 2023 Mas Adi telah resmi mendirikan usaha pecel lelenya di Kota Surabaya, tepatnya di daerah Sambikerep. Sebuah Kecamatan yang berada di Surabaya bagian barat.

"Dulu setelah ada pengalaman, bilang sama Pak Koirul kalau saya mau buka sendiri," ungkapnya.

Awal-awal memulai usaha, Mas Adi mengungkapkan bahwa usahanya lancar dan tidak ada kendala apapun sama sekali. Ia juga mengatakan bahkan pelanggannya terus bertambah dan omzetnya pun kian meningkat.

"Awal buka dulu enak mas, lancar ramai, bahkan sudah habis pun masih ada yang mampir," imbuh Mas Adi.

Namun, setelah beberapa bulan berjalan, Mas Adi mengaku usahanya mulai sepi, terlebih ketika ada warung pecel lele baru yang buka di sekitaran 500 meter dari lokasi usahanya.

"Beberapa bulan jalan kemudian mulai sepi mas, mungkin karena ada pesaing baru. Jaraknya juga deket, dari sini 500 meteran," ungkapnya.

Setelah bertahan dengan kondisi usaha yang kian menurun selama beberapa bulan terakhir, Mas Adi pun menyerah dan memutuskan untuk menutup usaha pecel lelenya yang telah ia bangun selama hampir 1 tahun tersebut karena terus merugi, bahkan ia juga mengaku kalau omzetnya tidak cukup untuk menutupi modal belanja jualan harian.

"Tepatnya tahun 2022 mas, warung saya tutup total. Ya gimana mau lanjut, buat nutup modal belanja harian warung saja tidak cukup, minus terus," ungkap Mas Adi dengan nada sedih.

Setalah gagal dalam usaha, Mas Adi bercerita dirinya kembali pergi merantau ke Kota Solo Jawa Tengah ikut bekerja bersama temannya semasa SMA dulu, di suatu proyek pembangunan (konstruksi bangunan). Namun di situ ia tak menyebutkan secara detil perihal desa atau kecamatan tersebut.

"Setelah bangkrut saya kembali merantau lagi mas, ikut teman SMA dulu di Solo kerja proyek," menurutnya.

Selama beberapa bulan melewati waktu, dan selama itu pula penghasilan Mas Adi dari bekerja mulai terkumpul, ia kemudian terpikir untuk kembali melanjutkan usahanya yang dulu sempat mati suri. Lalu ia pun menghubungi istri dan keluarganya dirumah untuk mendiskusikan perihal rencananya tersebut.

"Dulu setelah beberapa bulan kerja, saya terpikir lagi rencana untuk lanjut buka lagi mas. Disitu saya telepon istri, keluarga dan ternyata mereka setuju," ungkap Mas Adi.

Berbekal dukungan penuh dari keluarga, serta semangat yang kembali tumbuh, tepatnya pada awal tahun 2023, Mas Adi pun memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, menyiapkan segala sesuatu untuk kembali meneruskan usahanya.

"Mungkin setahun ya mas kerja di proyek, modal sudah ada dan dapat motivasi dari istri dan keluarga akhirnya pulang dan berniat meneruskan usaha lagi," tambahnya.

Lalu tepatnya pada juli 2023, Mas Adi kembali ke Surabaya menuju ke lokasi usahanya. Bukan untuk meneruskan di bangunan ruko yang sempat ia gunakan dulu, melainkan untuk mengemasi barang perabotannya dan memutuskan untuk pindah ke lokasi lain. Menurut Mas Adi, lokasi usahanya yang baru berada di Kelurahan Babatan, Kecamatan Wiyung (sebuah wilayah yang terletak di Surabaya bagian selatan). Atau berjarak sekitar 8 km dari lokasi usahanya yang lama.

"Waktu itu saya ke surabaya mas, bukan untuk langsung buka, tapi untuk mengemas barang dan perabotan warung. Lalu pindah ke lokasi lain, di Lontar," imbuhnya.

Setelah hampir setahun menjalankan usahanya di lokasi baru, Mas Adi mengatakan bahwa usahanya lancar dan bahkan berkembang. Menurutnya, ia telah merekrut tiga karyawan untuk membantunya jualan. Lalu singkatnya, pada tahun 2025 (di tahun ini), Mas Adi tidak hanya menikmati hasil dari keberhasilannya, tetapi juga telah membuka cabang baru di kota yang sama, tepatnya di Kecamatan Asemrowo.

"Alhamdulillah mas, ini sudah bisa buka cabang 1 di Asemrowo," tambahnya.

Dengan berjalannya 2 warung yang ia miliki saat ini, Mas Adi mengaku perolehan omzet harian rata-rata gabungan dari dua warung tersebut mencapai Rp10 juta hingga Rp13 juta per hari. Bahkan menurutnya, angka tersebut bisa lebih tinggi jika saat malam minggu tiba.

"Kalau omzet ya sekitar 10an plus mas, rata-rata untuk dua warung. Tapi kalau malam minggu biasanya bisa lebih," tutupnya dengan penuh bahagia.

Dari kisah Mas Adi menunjukkan bahwa kegigihan, keberanian untuk mencoba kembali, serta dukungan dari keluarga adalah kunci penting dalam membangun usaha dari nol hingga berkembang. Meski sempat jatuh dan harus merantau lagi demi mencari modal, semangatnya untuk bangkit tak pernah padam.

Perjalanan Mas Adi adalah bukti nyata bahwa tidak ada usaha yang sia-sia jika dijalani dengan tekun dan penuh semangat. Kegagalan di masa lalu justru menjadi bekal berharga untuk meraih keberhasilan yang lebih besar di masa depan.


Mas Adi (kiri, baju merah) tampak bersama karyawannya sedang menyiapkan sesuatu untuk keperluan warungnya.


Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kisah Mas Adi

Kisah Mas Adi bukan hanya cerita tentang pecel lele dan merantau. Tapi dibalik itu semua, ada sejumlah pelajaran penting yang bisa kita ambil untuk di jadikan bekal dalam hidup maupun berbisnis.

1. Modal Bukan Segalanya, Pengalaman Lebih Penting

Dari kisah diatas, Mas Adi diketahui tak langsung membuka usaha. Ia terlebih dahulu belajar selama empat tahun bekerja di warung orang lain. Ini membuktikan bahwa belajar dari bawah dan sabar menimba ilmu adalah investasi awal yang sangat berharga.

2. Gagal Itu Bukan Akhir, Tapi Awal untuk Belajar

Ketika usahanya sepi dan akhirnya tutup, Mas Adi tidak menyalahkan keadaan. Ia justru memilih bangkit, bekerja lagi di tempat lain untuk mengumpulkan modal, dan memulai dari awal dengan semangat baru.

3. Dukungan Keluarga adalah Energi Besar

Dalam setiap fase hidupnya, Mas Adi selalu melibatkan keluarganya. Dukungan dari istri dan keluarga terbukti menjadi pemantik semangat saat ia mulai kehilangan harapan.

4. Lokasi dan Persaingan Harus Diperhitungkan

Kegagalan usaha Mas Adi sebagian disebabkan oleh munculnya pesaing di lokasi yang begitu dekat. Dari sini kita belajar pentingnya riset lokasi dan analisis pesaing sebelum memulai membuka usaha.

5. Jangan Takut Untuk Memulai Ulang

Kebanyakan orang lebih memilih berhenti ketika dirinya gagal. Tapi Mas Adi membuktikan bahwa memulai ulang bukanlah suatu aib, melainkan merupakan bentuk keberanian. Dan bahkan dikatakan, kini ia sudah membuka cabang dan memperkerjakan beberapa orang.

Komentar0

Type above and press Enter to search.