Mediabojonegoro.com - Musim panas yang terik menjadi berkah tersendiri bagi Solikin 40 tahun, warga Desa Balongrejo, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro. Pria yang akrab disapa Kang Kin itu kini setia mangkal dengan gerobak sederhana bertuliskan "Es Tebu Hijau" di tepi jalan poros Balen - Sugihwaras.
![]() |
Tampak gerobak Kang Kin, penjual es tebu asal Balongrejo, Bojonegoro yang setia mangkal di tepi jalan poros Balen - Sugihwaras. |
Namun, siapa sangka di balik kesegaran es tebu yang dijualnya, tersimpan kisah pilu yang pernah dialami semasa usahanya dulu.
Kepada Mediabojonegoro.com, Kang Kin menceritakan bahwa sebelum berjualan es tebu, dirinya sempat menjalani profesi sebagai pedagang bakso keliling. Usaha tersebut ia rintis sejak 2022, menyusuri kampung demi kampung dengan gerobak dorong. Namun sayang, roda usahanya tidak berjalan dengan mulus. Ketatnya persaingan dan penurunan daya beli masyarakat membuat jualannya sepi. Hingga pada suatu ketika, ia yang belum genap setahun berjualan, memutuskan untuk berhenti dan menjual gerobak yang dulu setia menemani langkah kakinya dalam mengais rezeki.
"Dulu itu sebelum jualan es tebu, tahun 2022 saya sempat jualan bakso Mas, keliling. Tapi karena persaingan usaha, saya putus asa. Modal habis, usaha sepi. Terpaksa saya berhenti, saya jual gerobaknya," ungkap Kang Kin saat wawancara singkat dengan Abdul Rahman dari Mediabojonegoro.com di lokasi mangkalnya, Selasa, 5 Agustus 2025, siang.
Beberapa hari setelah usahanya mandek, lanjut cerita, Kang Kin yang yang disatu sisi harus menafkahi seorang istri, tentu tak bisa tinggal diam dengan keadaan yang ada. Ia lalu berinisiatif untuk mencoba berbagai cara untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, termasuk menanyakan lowongan pekerjaan ke teman-temannya.
Setelah informasi diperoleh, ia mengaku mendapatkan tawaran pekerjaan dari salah satu temannya, yakni bekerja di sebuah perusahaan jasa pemasangan dan renovasi plafon rumah yang berada di Jakarta.
"Mungkin setelah kurang lebih satu minggu berhenti jualan Mas, saya inisiatif tanya loker ke teman. Kerja apa aja deh yang penting halal, buat nafkahin istri. Alhamdulillah saat itu temen ada loker di Jakarta kerja renovasi plafon rumah" ujar Kang Kin.
Meski bekerja di Jakarta secara ekonomi terbilang cukup stabil, namun Kang Kin mengaku dirinya yang sedari muda dulu sudah terbiasa usaha sendiri, merasa kurang betah jika bekerja dibawah aturan.
"Saya orangnya gimana ya Mas, dari dulu kan usaha sendiri, gak pernah ikut orang, jadi ya waktu kerja sebagai karyawan rasanya gimana gitu, agak kurang nyaman," katanya.
Ringkas cerita, setelah bertahan selama setahun di Jakarta, ia kemudian memilih untuk pulang ke kampung halaman dan meninggalkan pekerjaannya. Setibanya dirumah, ia kembali berdiskusi dengan istrinya mencari solusi untuk jalan usahanya kedepan. Sempat muncul ide dari sang istri untuk kembali berjualan bakso, namun Kang Kin menolak dengan alasan trauma kegagalan di masa lalu, yang masih membekas kuat di ingatannya.
Hingga pada suatu hari tepatnya di tahun 2024, sang istri yang tengah mengandung, tiba-tiba mengidam es tebu. Kang Kin yang menyadari keadaan istrinya, lalu beranjak menyusuri jalan dari rumahnya menuju ke Pasar Sugihwaras. Namun, saat sampai di lokasi, Kang Kin justru tidak mendapati satupun penjual es tebu yang berjualan disana.
Kembali teringat sang istri yang tengah mengidam dan mau tidak mau harus didapatkan, Kang Kin lalu melanjutkan pencariannya menuju ke Desa Bulu, yang masih dalam kecamatan Sugihwaras tepatnya perempatan Pasar Sugihwaras ke timur, berjarak kurang lebih sekitar 15 kilometer dari Pasar. Dan saat sampai, Kang Kin lagi-lagi tidak menemukan penjual yang dicarinya.
Sempat putus asa dan hendak balik ke rumah, Kang Kin yang saat itu mengaku mendapat telepon dari temannya, sekalian menanyakan informasi perihal keberadaan atau lapak penjual es tebu ke temannya tersebut. Beruntung, temannya mengetahui informasi tersebut dan memberitahukan bahwa ada yang jualan tapi di Desa Siwalan (suatu Desa yang juga masih di wilayah Kecamatan Sugihwaras namun beda arah, kali ini dari Pasar Sugihwaras ke selatan).
Selang beberapa menit perjalanan dan tiba di Desa Siwalan, akhirnya Kang Kin pun menemukan satu penjual es tebu dan langsung membelikannya untuk sang istri.
"Waktu itu istri lagi hamil, tiba-tiba saja ngidam es tebu, pas saya cariin dari Pasar Sugihwaras sampai Desa Bulu ternyata gak ada satupun yang jual, terus saya tanya ke temen lewat telepon katanya ada di Desa Siwalan, saya puter lagi, balik lagi dari Bulu ke barat menuju ke Desa Siwalan," ungkapnya.
Tak disangka, dari pengalaman sederhana itu, lahirlah sebuah ide yang kemudian menjadi titik balik perekonomian keluarga Kang Kin.
Sesampaianya dirumah, lanjut cerita, Kang Kin yang menyadari adanya peluang usaha potensial dan bahkan minim pesaing, lalu kembali berdiskusi dengan istrinya. Sang istri yang melihat tekad kuat dan penuh dengan semangat dari dalam diri Kang Kin, akhirnya menyetujui ide tersebut.
"Saya lihat waktu itu ada peluang Mas. Es tebu kan seger manis, alami ya Mas. Kalau cuaca lagi panas gini pasti banyak yang cari. Saya lihat ada peluang, persaingan pun minim, jadi ya saya dirumah diskusi lagi sama istri untuk nyoba jualan es tebu," jelas Kang Kin.
Setelah itu, setelah ide disetujui oleh sang istri, berbekal modal sisa tabungan dari hasil kerjanya di Jakarta, Kang Kin kemudian mulai membeli alat penggiling tebu bekas dan membangun gerobak kecil. Sedangkan lokasi jualan yang ia pilih yaitu di pinggir jalan strategis penghubung antara Balen - Sugihwaras, yang setiap hari dilalui banyak pengendara.
Kini, setelah usahanya berjalan selama satu tahun, ia mengaku mampu meraup omzet harian antara Rp250 ribu hingga Rp300 ribu, tergantung cuaca dan ramai tidaknya lalu lintas.
"Alhamdulillah, untuk omzet per hari kira-kira ya sekitar Rp250 ribu sampai Rp300 ribu. Ya meski sederhana, ini sudah cukup buat kebutuhan keluarga," tutupnya dengan penuh senyum dan keceriaan.
Kisah Kang Kin menjadi potret nyata perjuangan UMKM di desa. Ia membuktikan bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Justru dari pengalaman pahit dan kebutuhan sederhana, seperti keinginan istri mengidam es tebu, bisa menjadi peluang usaha baru yang menjanjikan.
Komentar0