Gpr5BUGiGpM7TpGoTSCiTSOlGd==

Mending Jualan Keliling atau Mangkal? Ini Plus Minusnya

Mediabojonegoro.com - Di dunia usaha kecil, khususnya buat yang main di lapangan kayak jualan makanan, minuman, atau jajanan harian, ada dua strategi yang sering dipilih, keliling atau mangkal. Tapi mangkal di sini bukan berarti sewa kios atau lapak permanen ya. Yang dimaksud adalah jualan pakai gerobak tapi diem di satu spot strategis, biasanya di tempat ramai kayak depan Indomaret, Alfamart, SPBU, atau simpang jalan yang lalu lintasnya padat.

Nah, pertanyaannya, lebih enak yang mana? Keliling muter-muter nyari pembeli atau mangkal nunggu pembeli datang? Yuk, kita bedah satu per satu biar kamu bisa milih yang paling cocok sesuai gaya, tenaga, dan target jualanmu.

1. Modal dan Biaya Operasional

Secara umum, baik jualan keliling maupun mangkal nggak butuh modal besar-besar amat. Keduanya bisa dilakukan dengan gerobak dorong, sepeda motor, atau bahkan sepeda biasa yang dimodif. Tapi ada beberapa perbedaan nih.

Kalau keliling, kamu perlu siapin biaya operasional harian buat bensin (kalau pakai motor), tenaga ekstra buat dorong atau gowes, dan waktu yang lebih panjang karena kamu harus berpindah-pindah tempat. Sisi positifnya, kamu fleksibel banget, bisa nyari spot rame, bisa pindah kalau sepi.

Kalau mangkal, kamu diem di satu titik yang kamu anggap strategis. Biasanya kamu cari lokasi yang udah rame dari sananya kayak depan minimarket, deket kantor, atau depan gerbang masuk mall. Modalnya mirip, tapi biaya operasional bisa lebih hemat karena nggak banyak jalan. Tapi, kamu tetap harus siap bayar “uang parkir atau keamanan“ ke warga atau petugas setempat di beberapa tempat. Nggak semua sih tapi kebanyakan kayak gitu.

2. Jangkauan Pasar dan Potensi Pembeli

Keliling punya keunggulan dari sisi jangkauan. Kamu bisa datangi area-area yang beda-beda, nyari momen rame, dan nyasar lebih banyak segmen pembeli. Misalnya pagi di perumahan, siang ke pasar, sore keliling komplek. Cocok buat jualan yang ringan dan impulsif kayak es krim, gorengan, atau jajanan anak-anak.

Tapi... keliling juga butuh strategi. Nggak semua rute rame, dan kamu bisa kehabisan tenaga sebelum ketemu pembeli yang tepat. Belum lagi kalau cuaca nggak mendukung, hujan atau panas terik bisa bikin semangat luntur.

Sebaliknya, mangkal itu soal “nempatin posisi.” Kamu diem di tempat yang traffic-nya tinggi. Artinya, kamu manfaatin aliran orang atau kendaraan yang lewat terus-menerus. Misalnya mangkal di depan Alfamart pas jam pulang kantor, peluang orang beli minuman atau makanan kecil itu tinggi banget. Enaknya lagi, kalau udah sering mangkal di spot itu, orang bisa ngenal kamu. Bisa jadi pelanggan tetap.

3. Energi dan Waktu yang Dikeluarkan

Ini penting banget, terutama kalau kamu jualan sendirian. Jualan keliling jelas lebih nguras tenaga. Kamu harus jalan atau naik motor muter-muter, kadang dari pagi sampai sore. Cocok buat yang badannya kuat dan semangatnya tinggi.

Kalau mangkal, kamu lebih hemat tenaga. Tinggal jalan menuju lokasi biasa, siapin dagangan, dan tunggu pembeli datang. Kamu bisa atur waktu lebih fleksibel dan tetap punya waktu istirahat. Tapi ya itu, kamu harus sabar. Kadang nunggu pembeli datang bisa makan waktu juga. Apalagi kalau posisi kamu kurang strategis hari itu.

4. Pendapatan: Cepat atau Stabil?

Nah ini yang paling ditunggu-tunggu. Soal cuan!

Jualan keliling seringkali menghasilkan uang lebih cepat di awal, karena kamu bisa langsung nyari pembeli. Tapi pendapatannya nggak selalu stabil. Ada hari rame, ada juga hari sepi. Dan karena kamu terus pindah-pindah, kamu nggak bisa bangun hubungan dengan pelanggan yang sama.

Sementara itu, mangkal bisa jadi lebih stabil, terutama kalau kamu udah punya “base” di spot yang strategis. Pelanggan bisa kenal kamu, bahkan bisa nitip atau pesen rutin. Lama-lama, ini bisa jadi kekuatan utama dari sistem mangkal. Tapi ya, kamu juga harus konsisten dan sabar bangun kepercayaan.

5. Risiko dan Kendala di Lapangan

Jualan keliling itu dinamis, tapi juga lebih berisiko. Kamu harus siap dengan kondisi jalanan, ketemu petugas yang bisa aja nyuruh pindah kalau dianggap ganggu, dan lebih rentan kecapekan atau kehabisan stok di jalan.

Kalau mangkal, tantangannya beda. Misalnya kamu mangkal di depan toko orang, bisa jadi kamu diminta bayar “jasa tempat.” Atau ada kompetitor yang mangkal juga di situ. Dan ada kemungkinan diusir kalau dianggap ganggu pemilik tempat atau petugas.

Maka dari itu, penting banget punya pendekatan yang sopan, jalin relasi baik sama orang sekitar, dan tetap fleksibel buat pindah spot kalau diperlukan.

Studi Kasus: Strategi Dagang Cak Sule, Penjual Pentol Keliling Hasilkan Omzet Setengah Juta Per Hari

Mas Laeman, pemuda 32 tahun asal Desa Sitiaji, Kecamatan Sukosewu, Bojonegoro. Yang lebih dikenal masyarakat dengan sapaan akrab Cak Sule. Sejak tahun 2023, ia menekuni profesi sebagai penjual pentol keliling. Setiap hari, sekitar pukul 10 pagi, Cak Sule mulai menjalankan aktivitas jualannya. Sebelumnya, ia terlebih dahulu membeli bahan dasar untuk membuat pentol yang akan dijajakan.

Setelah semua siap, Cak Sule mulai berkeliling menjajakan dagangannya. Rute awalnya biasanya menyasar ke Desa Terate dan Bulu, dua desa tetangga di Kecamatan Sugihwaras, Bojonegoro, berseberangan kecamatan dengan kampung halamannya. Lalu sekitar pukul 12 siang, usai salat zuhur, Cak Sule mulai berpindah ke lokasi favoritnya untuk mangkal, yaitu di depan Indomaret, yang masih berada di wilayah Sugihwaras hingga sore hari.

"Saya kalau pagi biasa keliling dulu mas, di Desa Terate dan Bulu. Lalu siangnya baru mangkal disini (depan Indomaret)," ungkapnya saat ditemui Mediabojonegoro.com.

Menurutnya, mangkal di satu tempat lebih menjanjikan dari sisi penjualan. Namun demikian, ia tetap memilih untuk keliling di pagi hari sebagai bentuk ikhtiar menjemput rezeki serta untuk mengurangi stok dagangannya. Berdasarkan pengalamannya, langsung mangkal tanpa keliling di pagi hari justru hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

"Saya pernah coba langsung mangkal, tapi entah kenapa sepi. Makanya sekarang pagi saya keliling dulu ngurangin stok, ya syukur kalau laku," tambahnya.

Berkat ketekunannya menjalani rutinitas jualan dari pagi hingga sore, serta strategi gabungan antara keliling dan mangkal, Cak Sule kini mulai merasakan hasil yang cukup memuaskan. Konsistensi dan cara berdagang yang ia terapkan ternyata membuahkan hasil nyata. Saat ini, omzet harian yang ia peroleh dari berjualan pentol bisa mencapai Rp400.000 hingga Rp600.000 per hari.

"Kalau omzet ya gak pasti mas, kadang 400, kadang 600. Bersyukur mas yang penting konsisten," tutupnya.


Terlihat gerobak Cak Sule berbanner Sumber Moro sedang mangkal di depan Indomaret. Namun disayangkan ia tidak mau diikutkan dalam pengambilan dokumentasi.


Kesimpulan: Mana yang Lebih Cocok Buat Kamu?

Jadi, mending jualan keliling atau mangkal?

Kalau kamu orangnya enerjik, suka tantangan, dan pengen nyoba pasar yang luas, keliling bisa jadi pilihan menarik. Tapi siap-siap capek dan harus pintar atur rute.

Kalau kamu pengen kerja lebih tenang, hemat tenaga, dan bangun pelanggan tetap, mangkal di spot strategis adalah pilihan yang solid. Kuncinya adalah cari lokasi yang tepat, dan bangun relasi dengan pembeli dan warga sekitar.

Dan satu lagi, nggak harus pilih salah satu doang kok. Banyak pedagang sukses yang pagi keliling, sorenya mangkal. Atau hari kerja mangkal, akhir pekan keliling ke acara car free day, pasar kaget, atau event lokal.

Yang paling penting, mulai aja dulu. Dari situ kamu bisa belajar, evaluasi, dan terus tingkatkan strategi. Nggak ada cara paling benar, yang ada cara paling cocok buat kamu.

Komentar0

Type above and press Enter to search.